Popular Post

Posted by : Unknown Senin, 12 Agustus 2013

Hm… Ide utama dari postingan kali ini sebenarnya sangatlah mendasar. Bukan fiqh puasa, bukan kiat, apalagi wasiat. Cuma beberapa hal sederhana yang menjadi catatan penting untuk keluarga kami. Bahkan beberapa poin juga berlaku di bulan2 selain bulan Ramadhan.

  1. Ibadah wajib tetap yang utama.
“Dan tidaklah seseorang mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu amalan yang lebih Aku cintai daripada amalan2 yang Kuwajibkan (HR. Bukhari)
Ingat wasiat Abu Bakar? Jika kita mau dicintai Allah –langkah kita dibantu, tangan kita dituntun, penglihatan kita diarahkan- maka rebutlah hatiNya dengan amalan sunnah, tapiii betapa amalan sunnah itu akan sia2 jika kita tidak mendahulukan amalan wajib.
Bukan tidak ada fenomena mendahulukan sunnah di sekeliling kita. Bahkan mungkin kita sendiri pun sering terperangkap pada situasi itu. Ketika kita mendahulukan sunnah, sadarkah bahwa sikap kita itu adalah peremehan terhadap hal yang wajib?
Kumandang adzan shubuh sudah selesai, tapi berhubung sedang tilawah “Ah…masih kurang beberapa lembar dari target, shalatnya nanti dulu deh.”
Mau I’tikaf ramai2 sama teman di masjid kubah emas yang terkenal shalat malamnya panjang sekali dan ada kajiannya pula, “Shalat isyanya sekalian sebelum shalat malam aja deh. Sekarang tidur dulu, Biar ga ngantuk begadang nanti malam.”
Ouch! Sungguh shalat jamaah di masjid bagi laki2 itu sangatlah utama. Para ulama berselisih pendapat antara sunnah muakad, fardhu kifayah, syarat sah shalat, dan fardhu ‘ain. Tapi pendapat terkuat terletak pada fardhu ‘ain bagi laki2 yang tidak udzur.
Dan pada bulan Ramadhan ini, berusahalah sekuat tenaga untuk bisa shalat 5 waktu di masjid. (semoga akan terlatih untuk diteruskan di bulan2 selanjutnya) Bagi yang sudah punya istri, mintalah kepada istrinya untuk membantunya menyukseskan program tersebut. Entah mengingatkannya, menyiapkan keperluannya shalat, mengeluarkan motor jika masjidnya jauh, atau bahkan nitip pesen sama imam masjidnya agar nyamper ke rumah dulu sebelum berangkat ke masjid. Haha. Bagi yang masih single, kerjasamalah sama teman Dan ada hadits hasan yang bisa memompa semangat nih :
“Barang siapa yang shalat karena Allah selama 40hari dengan berjamaah dan selalu mendapatkan takbiratul ihram imam, akan dituliskan baginya dua jaminan surat kebebasan; bebas dari api neraka dan dari nifaq.” (HR. Tirmidzi, hasan)
  1. Pahala puasa yang utuh
“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah)
Simalakama bukan? Nerusin puasa, tapi ga dapet pahala, cuma dapet laper dan haus. Tapi kalo sengaja membatalkan, dapet dosa. Huf. Ya, olkarit mari kita bersungguh2 menjaga keutuhan pahala puasa kita. Dengan apa? Tidak melakukan adz-dzur (perkataan dusta), rafats (perkataan porno), ghibah, namimah, dan perbuatan2 maksiat lain.
Masa’ hal yang biasanya mubah saja bisa kita tidak lakukan, tapi hal yang justru haram tidak bisa? Puasa itu tidak hanya menahan diri dari hal mubah (makan, minum, jima’) saja, tapi juga yang pada bulan lain diharamkan. Kata Umar, “Taqwa itu menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan.” Dan kata ulama, percampuran antara menjalankan kewajiban dan melakukan larangan bukanlah taqwa. Walaupun sudah kita hiasi dengan roncean amalan sunnah yang sangaaaaat banyak.
  1. Manajemen peran selama Ramadhan
Istri yang berhasil adalah istri yang bisa membantu suaminya agar lebih baik mutu hidupnya, meningkat secara kualitas dan kuantitas. Hm… peran seorang istri atau ibu ketika Ramadhan adalah penjamin suasana yang kondusif untuk ibadah Ramadhan keluarga, tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas iabadahnya. Banyak aspeknya.
Hm… Kasih 1 contoh ya. Tentang manajemen makanan sahur. Makanan yang terbaik adalah yang fresh, bukan angetan (sekalipun opor angetan yang berulang kali adalah terenak. Tapi bukan terbaik, okay? hehe). Seorang istri bisa memotong sayur2an dan bumbu2 yang diperlukan pada malam harinya lalu simpan di kulkas dan keesokannya setelah sholat malam dan tilawah, ia bisa langsung memasaknya. Jadi… kualitas makanan untuk keluarga tetap prima, tapi tidak menganiaya diri sendiri pula.
Suami pun tidak kalah tanggung jawabnya. Ia bertanggung jawab agar semua anggota keluarga tetap antusias hingga akhir Ramadhan. Ia sebagai weker. Ia sebagai kompor. Ia sebagai kitab. Ia sebagai kantung doraemon yang bisa mengeluarkan apa saja yang dibutuhkan keluarganya agar Ramadhan tetap asik dan berkah. Ia sendiri pun mesti berusaha meng-upgrade dirinya. Menjadi lebih baik lagi saat memimpin shalat, memimpin doa, dan memimpin aktivitas keluarga lainnya.
Ohya… Mungkin saja pengeluaran kita selama bulan Ramadhan lebih besar dari bulan lainnya, tapi pastikan itu bukan dari sektor konsumsi, melainkan dari alokasi sedekah keluarga kita yang bertambah besar. Rasulullah mencontohkan untuk lebih dermawan di bulan Ramadhan, loh. Jadi jangan sampai satu aspek ini terlupa.
  1. Kencangkan ikat pinggang di 10 hari terakhir.
I’tikaf bisa dikatakan sebagai perluasan dari ibadah puasa, walau boleh makan dan minum. Ia sama2 ibadah yang pasif seperti puasa. Intinya adalah menahan/ berdiam. Ketika berdiam, ingatlah Allah –kuasaNya, kebaikanNya, karuniaNya, perintahNya, laranganNya, mahaNya, janjiNya, semua tentangNya. Tapi akan sangat baik jika kita lakukan ibadah aktif sebagai pelengkap ibadah pasif ini; tilawah, shalat sunnah, tadabbur, dll.
“Nabi SAW jika memasuki sepuluh (terakhir Ramadhan) beliau mengencangkan ikat pinggangnya), menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari Muslim)
Boleh para suami untuk meninggalkan rumah selama 10 hari bulan Ramadhan untuk I’tikaf; kencan romantis berdua dengan TuhanNya. Asal kebutuhan2 di rumah sudah terjamin dan dititipkan kepada istrinya. Seorang istri harus rela. Lalu boleh tidak kalau seorang istri juga mau I’tikaf? Boleh. Asal dapet izin dari suami dan tidak menimbulkan fitnah bagi diri dan keluarganya. Jangan sampai karena istri ga pulang2, tanggung jawabnya di rumah jadi terbengkalai.
Dan burulah Lailatul Qadr,
“Barangsiapa yang beribadah pada malam ini dengan penuh keimanan dan mengaharapkan pahala dari Allah, maka dosa2nya yang telah lalu akan diampuni olehNya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kita adalah orang yang beriman, insyaALlah kita akan sangat bersemangat untuk mencarinya. Malam ini begitu penuh dengan kemuliaan. Malam ini lebih baik dari 83tahun 4bulan.
Dan seperti play off Liga Champion, pada awal musim, tim yang ikut bertanding sangat banyak. Awalnya mereka bertarung di babak penyisihan. Siapa yang berhasil, akan maju ke babak selanjutnya. Lalu sampailah pada akhir musim dan hanya tersisa 2 grup. Jumlah tim yang tersisa sangat jauh berkurang, bukan? Begitu pula dengan bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk hamba yang masih bisa menjaga semangat ibadah sampai akhir musim Ramadhan.
  1. Ramadhan adalah bulan latihan
Selayaknya orang yang baru latihan, maka dikasih ujian yang lebih ringan dulu: melawan hawa nafsu saja. Namun seperti jika kita sudah dinyatakan sudah lulus dari kampus, kita akan hadapi kehidupan yang sebenarnya. #cailah. Makanya dikatakan bahwa ciri utama diterimanya amal ramadhan dan tercapainya lailatul qadr adalah kehidupan pasca ramadhannya pun baik bahkan lebih baik.
Selesainya bulan Ramadhan bukan berarti marathon ibadah2 kita ikut selesai. Bukan pakai capslock. Tuhan kita setelah bulan Ramadhan masihlah sama, yaitu Allah SWT.
“Dan sembahlah Rabbmu sampai ajal datang kepadamu.” (15:19)
Ketika seorang ulama ditanya tentang orang2 yang rajin beribadah di bulan Ramadhan, tapi di bulan lain meninggalkan ibadah2, ulama tersebut menjawab, “Alangkah buruknya tingkah mereka. Mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan.”
Teringat pesan Ust HNW ketika memberikan tausiyah Ramadhan “Anggaplah bulan Ramadhan adalah bulan latihan. Bukan sekedar bulan penuh hadiah dan gunungan kesempatan. Baiknya kita tidak bersifat seperti orang oportunis yang bertingkah baik jika hal itu sangat menguntungkan kita. Baiknya kita menjadi baik selalu. Selepas bulan Ramadhan, sudah seharusnya kita menerapkan aktivitas2 dan kegiatan2 yang sudah kita latih selama bulan Ramadhan. Selain itu, yang perlu kita ingat, bahwa Tuhan kita di bulan Ramadhan sama dengan Tuhan kita di bulan selainnya. Yang memiliki sifat dan kuasa yang sama.”

Semoga Bermanfaat ^^

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © MySite - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by VHE -